Selama beberapa waktu sejak PM Cameron mengumumkan tanggal penyelenggaraan referendum Brexit, spekulasi pasar baru memperhitungkan dampak-dampak yang akan menimpa Pounds saja. Tak diragukan kalau Inggris merupakan pihak yang harus menanggung paling banyak efek negatif jika negeri itu keluar dari kesatuan ekonomi-politik Benua Biru. Namun, seiring dengan mendekatnya hari-H, nampak bahwa hasil referendum ini bukan hanya berpotensi menimbulkan goncangan besar bagi Inggris, melainkan juga untuk Euro dan bahkan seluruh dunia. Bagaimana dampak ketidakpastian terkait referendum Brexit terhadap Euro? Berikut uraiannya.
Saham Bakal Paling Terhantam
1. Pasar Finansial
Sementara itu pekan kemarin, otoritas jasa keuangan Jerman Bafin menyebutkan bahwa jika Inggris memilih keluar dari Uni Eropa, maka itu akan memukul bank-bank besar Jerman karena tingginya eksposur mereka disana. Sementara test-stress yang dilakukan oleh Axioma Inc baru-baru ini menemukan bahwa pasar saham Eropa bisa anjlok 24 persen jika kubu pendukung Brexit memenangi referendum.
Untuk saat ini pasar saham Eropa masih cenderung kalem, tetapi Axioma mengklaim, jika Inggris sungguh keluar dari Uni Eropa maka saham-lah aset finansial yang bakal terpukul paling parah. Menurut Bloomberg, FTSE All-Share Index telah turun 1.2 persen tahun ini, dan Stoxx Europe 600 Index mundur 7.6 persen. Namun, jika kubu pendukung "Pergi dari UE" menang, maka selain saham-saham Inggris tentu akan terpukul paling besar, saham Eropa daratan pun takkan luput dari goncangan.
Ing, jaringan bank multinasional asal Belanda, memproyeksikan hal serupa. Dalam catatan analisanya, Ing menunjuk Irlandia dan Belanda akan paling terdampak dibanding negara-negara UE lainnya. Perusahaan-perusahaan Eropa harus mengalami kerugian akibat revaluasi investasi mereka di Inggris, apalagi dengan Pounds diprediksi bakal terdepresiasi maka profit yang didapat jika ditukar dengan Euro pun akan lebih sedikit. Brexit juga akan memicu repatriasi investasi balik ke Eropa daratan dari Inggris. Sejumlah bank-bank besar telah mengancam akan hengkang dari sana kalau Brexit terwujud dan itu takkan hanya terjadi di sektor perbankan saja, terutama bila negosiasi perjanjian dagang setelahnya tersendat-sendat.
2. Efek Domino
Menurut Jane Foley, ahli strategi forex dari Rabobank, sebagaimana disampaikannya pada media Financial Times, "Terlepas dari dampak Brexit bagi perekonomian Inggris, warisannya yang terbesar bisa jadi (adalah) menggarisbawahi keretakan di UE yang telah ada di bagian-bagian lain Eropa."
Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble pun mengakui pada media Der Spiegel pekan lalu bahwa keluarnya Inggris dari UE akan menimbulkan efek domino dan bisa memicu negara-negara Eurosceptic lainnya untuk turut angkat kaki. Perlu diketahui bahwa sentimen anti Uni Eropa tidak hanya berkembang di Inggris, melainkan juga di Belanda, Swedia, Perancis, dan Spanyol.
Dukungan publik bagi UE telah melorot jauh dalam beberapa waktu terakhir. Sebuah studi oleh Pew Research Center menunjukkan hanya 38% responden di Perancis yang puas dengan UE, turun 17 poin dibanding tahun lalu. Demikian pula di Spanyol jatuh 16 poin ke 47%, dan bahkan di Jerman turun 8 poin ke 50%. UE disambut lebih hangat justru di negara-negara periferi seperti Polandia dan Hungaria. Dengan kata lain, apabila referendum Brexit kali ini berakhir dengan "out", maka akan makin kuatlah desakan bagi pemerintah negara-negara utama lainnya untuk turut menggelar referendum serupa, sekaligus membuka pintu bagi bubarnya Uni Eropa.
Euro Menjelang Brexit
Di era dunia yang terotomasi dan terglobalisasi, potensi ketidakstabilan di pasar finansial dan efek domino tersebut tentu berdampak pada Euro, meski sementara ini diperkirakan hanya dalam durasi terbatas.
Christopher Vecchio dari DailyFX menorehkan dalam catatannya awal pekan ini, "Ada alasan bagus untuk meyakini bahwa bayangan potensi Brexit adalah penggerak utama kelemahan Euro dalam jangka pendek (disamping juga peningkatan volatilitas yang berlangsung bersamaan): data ekonomi Zona Euro tidaklah buruk".
Menurutnya, ada banyak argumen yang mendukung harapan ECB takkan melonggarkan "kantong"-nya lagi tahun ini, jika isu Brexit tak diperhitungkan. Dengan demikian, bila diasumsikan bahwa kelemahan Euro akhir-akhir ini adalah gara-gara Brexit, maka hasil referendum yang memenangkan resolusi "keluar dari EU" bisa menjaga Euro tetap rendah; sedangkan bila sebaliknya, maka partisipan pasar nampaknya tidak bersiap untuk menghadapi Euro melemah dalam jangka panjang.
Senada dengan Vecchio, Morgan Stanley dalam outlook mingguannya pun menyebutkan bahwa meski mereka mengekspektasikan EUR akan didukung oleh peningkatan yield obligasi riil, tetapi akan sulit untuk reli karena kuatnya event-event berisiko regional, termasuk referendum keanggotaan Uni Eropa tanggal 23 Juni mendatang.
Polemik Brexit atau Bremain memicu negosiasi panjang
Dalam hitungan hari, tepatnya besok : Kamis 23 Juni 2016 - para pemilih Inggris menghadapi pilihan yang terbesar dalam lebih dari satu generasi - apakah akan tetap di Uni Eropa.
Sementara kampanye untuk keluar blok itu mengatakan keputusan untuk tetap akan menjadi risiko yang lebih besar, lawan-lawannya berpendapat bahwa putus dengan Brussels akan menjadi lompatan dalam gelap.
Namun demikian, rencana dan janji-janji tentang Brexit telah dibuat menjelang Inggris 23 Juni referendum - dan meskipun sifat belum pernah terjadi sebelumnya dari langkah tersebut, banyak dari apa Brexit akan melibatkan dapat diprediksi.
Berikut ini adalah pilihan berita Financial Times dan analisis langkah setelah Brexit.
Nah sekarang gimana kita trader apalagi yang masih pemula seperti kami ' Hitam Putih Trader? Mensikapi isu ini..?
Market memang takan lepas dari isu. Dalam menghadapi isu ini sebaiknya Sobat Trader tenang-tenang aja tetep semagat trading. Saat ini manfaatkan dulu peluang yang ada ( tetap ambil profit realistis). Dan gak ada salahnya baca2 prediksi signal pekan ini baik : Teknikal atau Fundamentalnya atau sekalian juga HM trader analis kalo ada Bisa jadi kita akan medapatkan peluang untuk posisi entry nantinya - yaitu :
So yang pasti jangan sia2 kan peluang ini Sobat dan tunggu tanggal mainnya ; 23 Juni 2016'
Happy Trading...
tetep eling lan waspodo..
Saham Bakal Paling Terhantam
Dampak Brexit terhadap Euro tak bisa dipisahkan dari potensi imbas keluarnya Inggris bagi Uni Eropa (UE), jika itu benar-benar terjadi. Dalam hal ini, dapat ditinjau dari beberapa sisi.
1. Pasar Finansial
Sementara itu pekan kemarin, otoritas jasa keuangan Jerman Bafin menyebutkan bahwa jika Inggris memilih keluar dari Uni Eropa, maka itu akan memukul bank-bank besar Jerman karena tingginya eksposur mereka disana. Sementara test-stress yang dilakukan oleh Axioma Inc baru-baru ini menemukan bahwa pasar saham Eropa bisa anjlok 24 persen jika kubu pendukung Brexit memenangi referendum.
Untuk saat ini pasar saham Eropa masih cenderung kalem, tetapi Axioma mengklaim, jika Inggris sungguh keluar dari Uni Eropa maka saham-lah aset finansial yang bakal terpukul paling parah. Menurut Bloomberg, FTSE All-Share Index telah turun 1.2 persen tahun ini, dan Stoxx Europe 600 Index mundur 7.6 persen. Namun, jika kubu pendukung "Pergi dari UE" menang, maka selain saham-saham Inggris tentu akan terpukul paling besar, saham Eropa daratan pun takkan luput dari goncangan.Ing, jaringan bank multinasional asal Belanda, memproyeksikan hal serupa. Dalam catatan analisanya, Ing menunjuk Irlandia dan Belanda akan paling terdampak dibanding negara-negara UE lainnya. Perusahaan-perusahaan Eropa harus mengalami kerugian akibat revaluasi investasi mereka di Inggris, apalagi dengan Pounds diprediksi bakal terdepresiasi maka profit yang didapat jika ditukar dengan Euro pun akan lebih sedikit. Brexit juga akan memicu repatriasi investasi balik ke Eropa daratan dari Inggris. Sejumlah bank-bank besar telah mengancam akan hengkang dari sana kalau Brexit terwujud dan itu takkan hanya terjadi di sektor perbankan saja, terutama bila negosiasi perjanjian dagang setelahnya tersendat-sendat.
2. Efek Domino
Menurut Jane Foley, ahli strategi forex dari Rabobank, sebagaimana disampaikannya pada media Financial Times, "Terlepas dari dampak Brexit bagi perekonomian Inggris, warisannya yang terbesar bisa jadi (adalah) menggarisbawahi keretakan di UE yang telah ada di bagian-bagian lain Eropa."
Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble pun mengakui pada media Der Spiegel pekan lalu bahwa keluarnya Inggris dari UE akan menimbulkan efek domino dan bisa memicu negara-negara Eurosceptic lainnya untuk turut angkat kaki. Perlu diketahui bahwa sentimen anti Uni Eropa tidak hanya berkembang di Inggris, melainkan juga di Belanda, Swedia, Perancis, dan Spanyol.
Dukungan publik bagi UE telah melorot jauh dalam beberapa waktu terakhir. Sebuah studi oleh Pew Research Center menunjukkan hanya 38% responden di Perancis yang puas dengan UE, turun 17 poin dibanding tahun lalu. Demikian pula di Spanyol jatuh 16 poin ke 47%, dan bahkan di Jerman turun 8 poin ke 50%. UE disambut lebih hangat justru di negara-negara periferi seperti Polandia dan Hungaria. Dengan kata lain, apabila referendum Brexit kali ini berakhir dengan "out", maka akan makin kuatlah desakan bagi pemerintah negara-negara utama lainnya untuk turut menggelar referendum serupa, sekaligus membuka pintu bagi bubarnya Uni Eropa.
Euro Menjelang Brexit
Di era dunia yang terotomasi dan terglobalisasi, potensi ketidakstabilan di pasar finansial dan efek domino tersebut tentu berdampak pada Euro, meski sementara ini diperkirakan hanya dalam durasi terbatas.
Christopher Vecchio dari DailyFX menorehkan dalam catatannya awal pekan ini, "Ada alasan bagus untuk meyakini bahwa bayangan potensi Brexit adalah penggerak utama kelemahan Euro dalam jangka pendek (disamping juga peningkatan volatilitas yang berlangsung bersamaan): data ekonomi Zona Euro tidaklah buruk".
Menurutnya, ada banyak argumen yang mendukung harapan ECB takkan melonggarkan "kantong"-nya lagi tahun ini, jika isu Brexit tak diperhitungkan. Dengan demikian, bila diasumsikan bahwa kelemahan Euro akhir-akhir ini adalah gara-gara Brexit, maka hasil referendum yang memenangkan resolusi "keluar dari EU" bisa menjaga Euro tetap rendah; sedangkan bila sebaliknya, maka partisipan pasar nampaknya tidak bersiap untuk menghadapi Euro melemah dalam jangka panjang.
Senada dengan Vecchio, Morgan Stanley dalam outlook mingguannya pun menyebutkan bahwa meski mereka mengekspektasikan EUR akan didukung oleh peningkatan yield obligasi riil, tetapi akan sulit untuk reli karena kuatnya event-event berisiko regional, termasuk referendum keanggotaan Uni Eropa tanggal 23 Juni mendatang.
Polemik Brexit atau Bremain memicu negosiasi panjang
Dalam hitungan hari, tepatnya besok : Kamis 23 Juni 2016 - para pemilih Inggris menghadapi pilihan yang terbesar dalam lebih dari satu generasi - apakah akan tetap di Uni Eropa.
Sementara kampanye untuk keluar blok itu mengatakan keputusan untuk tetap akan menjadi risiko yang lebih besar, lawan-lawannya berpendapat bahwa putus dengan Brussels akan menjadi lompatan dalam gelap.
Namun demikian, rencana dan janji-janji tentang Brexit telah dibuat menjelang Inggris 23 Juni referendum - dan meskipun sifat belum pernah terjadi sebelumnya dari langkah tersebut, banyak dari apa Brexit akan melibatkan dapat diprediksi.
Berikut ini adalah pilihan berita Financial Times dan analisis langkah setelah Brexit.
a.) janji: Inggris akan berusaha untuk meninggalkan Uni Eropa pada 2019 dan akan siap untuk menentang Brussels atas undang-undang imigrasi, menurut pro-Brexit menteri terkemuka.
b.) Risiko: George Osborne, kanselir dari kas negara, telah memperingatkan dari £ 30 milyar lubang hitam dalam keuangan publik jika Inggris harus memilih untuk meninggalkan pada 23 Juni.
c.) Segera setelah: David Cameron mungkin akan menghadapi akhir karirnya sebagai perdana menteri sebagai anggota Uni Eropa telah disingkirkan.
d.) Politik: pertanyaan politik dan konstitusional yang disebabkan oleh suara untuk meninggalkan bisa membuka masa ketidakpastian yang mendalam untuk Inggris dan Uni Eropa.
e.) Analisis hukum: referendum adalah penasehat bukan wajib; apa yang terjadi selanjutnya adalah masalah politik, bukan hukum.
f.) Mekanisme: Inggris akan memiliki dua tahun untuk menegosiasikan kesepakatan setelah memicu klausul keluar dari perjanjian Uni Eropa; memperluas pembicaraan di luar itu akan memerlukan kebulatan.
g.) ekonomi yang: konsensus profesional jelas - meninggalkan Uni Eropa akan memukul pertumbuhan. Ukuran dampak yang akan tergantung pada faktor-faktor seperti perdagangan, produktivitas dan investasi asing langsung. Tapi juara Brexit berpendapat bahwa ekonomi akan makmur di luar Uni Eropa.
h.) Imigrasi: catatan masuknya warga negara Uni Eropa telah terbukti panggilan demo kuat untuk kampanye Leave. Beberapa tiga perempat warga negara Uni Eropa bekerja di Inggris tidak akan memenuhi persyaratan visa saat ini untuk pekerja di luar negeri non-Uni Eropa jika Inggris meninggalkan blok itu. Tapi pembatasan tersebut cenderung berlaku untuk pendatang baru daripada migran Uni Eropa sudah di Inggris.
i.) Pilihan Perdagangan: pegiat Cuti terkemuka mengatakan mereka tidak akan berusaha untuk bergabung pasar tunggal Uni Eropa - yang membutuhkan gerakan bebas tenaga kerja. Sebaliknya mereka akan mencari kesepakatan perdagangan dengan blok. Pengobatan sektor jasa, yang menyumbang 80 persen dari UK produk domestik bruto, akan menjadi masalah besar.
j.) Tanggapan Eropa: Eropa pemimpin telah melakukan pembicaraan rahasia untuk Uni Eropa tanpa Inggris, menyusun rencana B berfokus pada keamanan lebih dekat dan pertahanan kerjasama.
Nah sekarang gimana kita trader apalagi yang masih pemula seperti kami ' Hitam Putih Trader? Mensikapi isu ini..?
Market memang takan lepas dari isu. Dalam menghadapi isu ini sebaiknya Sobat Trader tenang-tenang aja tetep semagat trading. Saat ini manfaatkan dulu peluang yang ada ( tetap ambil profit realistis). Dan gak ada salahnya baca2 prediksi signal pekan ini baik : Teknikal atau Fundamentalnya atau sekalian juga HM trader analis kalo ada Bisa jadi kita akan medapatkan peluang untuk posisi entry nantinya - yaitu :
1- jika vote 'BREXIT' menang! (keluar dari Zona Eropa) : SELL Rally - GBP vs. All Mata UangDan mungkin saja akan berdampak besar juga pada mata uang zona eropa lainnya misalnya : EUR - CHF - RUB - dll.
2. jika vote 'BREMAIN' menang! (tetap di Zona Eropa): BUY Rally - GBP vs. All Mata Uang
3. jika vote 'BREXIT' vs. 'BREMAIN' imbang! (tetap di Zona Eropa): SELL/BUY (netral) - GBP vs. All Mata Uang
So yang pasti jangan sia2 kan peluang ini Sobat dan tunggu tanggal mainnya ; 23 Juni 2016'
Happy Trading...
tetep eling lan waspodo..

No comments:
Post a Comment